Kali
ini saya akan bercerita tentang perjuangan seorang wanita yang berasal
dari daerah terpencil di kabupaten Magetan. Saat ini beliau terpaksa menjadi single parent karena suaminya lebih dulu dipanggil ALLAH swt.
Puluhan tahun yang lalu, beliau
hidup berdua dengan ibunya, di gubuk reyot yang sewaktu-waktu bisa roboh
dan mengancam keselamatannya. Hidup sederhana tapi beliau tak merasa
kekurangan apa-apa karena tak pernah hilang rasa bersyukurnya. Karena
sesuatu hal yang tidak bisa saya ceritakan disini, tiba-tiba pakleknya
(adek kandung ibunya) berkata " ati-ati kembrukan omahmu lho"
(bahasa indonesianya gimana ya?) Hikz. Kata-kata itu diucapkan dengan
nada menghina, sehingga membuat hati beliau panas dan bertekad untuk
jadi orang SUKSES.
Sampai akhirnya beliau menikah, dan
lahirlah buah hati mereka yang pertama. Kelahiran yang penuh perjuangan,
hampir saja dioperasi. Mendengar kata operasi yang waktu itu biayanya 6
juta (uang darimana???), sehingga dengan sekuat tenaga beliau berjuang
melahirkan bayi itu. Dan alhamdulillah setelah melalui proses yang tak
mudah, bayi perempuan mungil lahir normal tanpa operasi.
Rupanya tekad untuk jadi orang
sukses masih melekat dipikirannya. Akhirnya dengan berat hati beliau
meninggalkan bayi yang baru berumur 15 bulan dan suaminya tercinta untuk
pergi ke Hong Kong. Sampai Hong Kong beliau kerja keras dan dari hasil
keringatnya selama 2 tahun beliau mampu menyulap gubuk reyot jadi
sebuah rumah yang megah.
Kontrak demi kontrak beliau
lewati. Kira-kira 2 tahun lalu, beliau merasa lelah kerja terus dan
ingin mengabdi kepada suaminya serta merawat bayi mungil yang saat itu
sudah hampir lulus SD. Namun kenyataan tak sesuai dengan harapan.
Beberapa bulan sebelum beliau pensiun, mendadak ada kabar kalau suaminya
kecelakaan yang menyebabkan koma dan dirawat di ruang ICU. Shock!!
itulah yang beliau alami. Saat itu juga beliau segera boking tiket
pulang ke Indonesia. Tapi karena harus mengatur jadwal dengan sang
majikan, beliau tidak bisa langsung pulang.
Setelah segala sesuatunya
beres, akhirnya beliau bisa pulang. Waktu itu suaminya tidak ada
perkembangan dan akhirnya menghembuskan nafasnya sehari sebelum beliau
pulang. Malam ini suaminya meninggal, besok Jam 4 sore beliau terbang.
Kabar itu disampaikan oleh keluarganya kepada seorang teman disini, tapi
sudah dipesen sama keluarganya jangan sampai dikasih tahu kalau
suaminya sudah meninggal. Dan sore itu pesawat mengantar beliau ke
Indonesia dan jenazah suaminya sudah dimakamkan di kampungnya sendiri
(lain kota). Begitu sampai di rumah, beliau mengajak ke rumah sakit.
Tapi keluarga berusaha menutupi yang sebenarnya terjadi dan menyuruh
beliau istirahat.
Dan besoknya, keluarga baru
menceritakan yang sesungguhnya. Apa yang terjadi setelah tahu? Beliau
pingsan berkali kali dan hanya bisa nangis sejadi-jadinya. Rencana awal
ingin pensiun dan berkumpul dengan keluarga, tapi saat beliau pulang
tidak bertemu suaminya dan hanya bisa memandang gundukan tanah yang
masih basah serta batu nisannya.
Setelah konfirmasi dengan
majikan, jatah cuti yang seharusnya hanya 2 minggu bisa diperpanjang
sampai 40 harinya sang suami. Dengan resiko tiketnya hangus dan harus
beli lagi yang baru. Yang lebih menyedihkan, tabungan yang seharusnya
buat modal dan hidup setelah pensiun, saat itu ludes tanpa sisa bahkan
masih kurang untuk biaya rumah sakit dll.
Setelah 40 harinya sang suami,
beliau kembali lagi ke Hong Kong. Waktu itu saya juga ikut menjemput ke
bandara bersama 2 teman yang lain. Begitu bertemu beliau, kami langsung
nangis dan memeluk raga yang keliatan makin kurus dan wajahnya nampak
lebih tua dari sebelumnya. Tak ada airmata di pipinya, beliau berusaha
tersenyum meskipun dipaksakan. Sepanjang perjalanan beliau hanya diam
seribu bahasa mendengarkan kami berceloteh dengan harapan mampu
menghiburnya.
Ternyata, apa yang terjadi tak
seperti apa yang kami bayangkan. Beliau nampak begitu tegar meskipun
baru saja kena musibah. Kami semua salut dengan beliau yang memutuskan
kembali lagi ke Hong Kong meskipun suaminya baru saja meninggal. Apa
yang membuat beliau bisa tegar??? Senyum gadis kecil yang dilahirkan
dengan penuh perjuangan itulah yang mampu membuat beliau bertahan.
Karena bocah itulah beliau mau memulai perjuangannya dari nol lagi. "Kalau aku ga kembali ke Hong Kong anaku siapa yang membiayai sekolahnya??" kata beliau waktu itu. Mulai hari itu sampai sekarang, perlahan-lahan beliau mampu bangkit lagi dari keterpurukan ekonomi.
Sebuah perjuangan yang tak kenal lelah untuk mencapai sebuah IMPIAN. Memang perjuangan itu belum mencapai titik kemenangan, namun setidaknya beliau mampu menunjukkan kepada dunia terutama kepada pakliknya. Kalau beliau juga bisa hidup layaknya orang-orang di sekitarnya. Dan tahukah apa yang terjadi dengan pakliknya??? Saat ini, keadaan puluhan tahun yang lalu berbalik arah. Beliau bisa memiliki rumah megah dan pakliknya gantian yang tinggal di rumah reyot, kalau hujan tidak berani menempati. Katanya takut roboh dan menimpa keluarganya. Dan saat ini menjadi salah satu penerima Zakat & Sodaqoh. Subhanallah.....
Kisah ini bisa jadi pelajaran untuk saya pribadi dan anda (mungkin), bahwa tak selamanya orang itu diatas dan ada kalanya orang itu dibawah. Begitu juga sebaliknya. Jadi, jangan sombong dengan harta yang kita punya. Karena harta itu hanya titipan ALLAH yang sewaktu-waktu bisa diambilnya lagi. Dan jangan rendah diri dengan kemiskinan yang kita hadapai. Karena ALLAH tak akan memberi ujian melibihi kemampuan yang kita miliki. Tetap semangat!!
Mbak Tun 39 tahun. Single parent yang bisa sampai Hong Kong karena HINAAN.
Yach.... hinaan yang tak membuat beliau sakit hati tapi malah jadi
motivasi untuk terus bertahan dengan kerasnya kehidupan negeri beton
Hong Kong. Semoga ALLAH selalu melindungi beliau dan para TKW dimanapun
berada. Amiiiin.
kisah di ambil dari blog : http://tarryholic.blogspot.com