Edi Suryadi (46), warga Kampung Cirendeu RT 03 RW 03 Desa Mekarsari,
Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi. Edi pernah menjadi TKI selama
empat tahun di Arab Saudi. Keberangkatan Edi menjadi sopir di negeri
orang pada 2000 lalu itu hanya semata untuk mencari modal usaha di
negara sendiri. Setelah modal terkumpul, Edi kembali pulang ke Tanah Air
pada 2004.
Berbeda dengan TKI lainnya, sebelum berangkat ke luar negeri, Edi
telah menguasai bahasa Arab. Pemahaman bahasa Arab diperolehnya ketika
belajar di madrasah. "Kemampuan bahasa menjadi modal utama bekerja di
luar negeri," tutur Edi. Jika tidak mampu menguasai bahasa negara
tempat bekerja, maka potensi untuk dibohongi dan diperlakukan kasar
sangat besar terjadi.
Kemampuan bahasa itu pula yang menjadikan penghasilan Edi lebih besar.
Pasalnya, Edi sempat menawar gaji yang ditawarkan kepadanya. Awalnya,
gaji yang diberikan hanya sebanyak 800 riyal Saudi per bulan. Namun, Edi
meminta sebesar 1.200 riyal per bulan. Permintaan itu disanggupi oleh
majikannya di Arab Saudi.
Dampaknya, kata Edi, setiap empat bulan sekali dia bisa mengirimkan uang
sebesar Rp 10 juta ke tanah air. Uang itu ditabung oleh istrinya, Eti
Budiati (40) untuk modal usaha membuka showroom mobil.
Setelah empat tahun bekerja di Arab Saudi, kata Edi, dia memutuskan
untuk pulang ke tanah air. Uang yang ditabungnya selama ini dijadikan
modal usaha membuka showroom mobil bekas dan baru di tempat tinggalnya.
Hasil menjadi TKI pun dapat digunakan untuk membiayai anaknya hingga
kuliah di perguruan tinggi. Bahkan, Edi sanggup membeli sawah dan mobil
pribadi. Meskipun berhasil bekerja di luar negeri, namun Edi enggan
kembali ke Arab Saudi. "Bekerja di dalam negeri lebih nyaman," prinsip
dia.
Sumber : republika.co.id