Eks TKW Singapura Meraup Rp 4 Juta Sehari Dari Minimarket



SURYA Online, SURABAYA - Tak semua para TKI pulang tanpa hasil. Banyak pula yang begitu pulang kampung memanfaatkan hasil jerih payahnya untuk membangun usaha, dan berhasil mengentaskan diri dari buruh migran atau Tenaga Kerja Indonesia.

Berbekal keuletan dan ketekunan pasangan suami istri, Puji Lestari (37), mantan TKW di Singapura bersama suaminya Wiwid Setyono (39), mantan TKI Malaysia, akhirnya berbuah sukses.

Setelah merantau untuk mendapatkan modal, pasutri ini menetapkan pilihannya membuka minimarket di tempat tinggalnya Desa Srikaton, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.

Usaha minimarket ini sukses karena omzetnya setiap hari antara Rp 3-Rp 4 juta.

Sebelumnya, Puji merupakan  pembantu rumah tangga salah satu keluarga di Singapura.

Beruntung majikannya baik hati dan memberikan hak-haknya sebagai pekerja migran.

Hanya saja seenak-enaknya sebagai pembantu tetap saja sering diminta memasak majikannya.

Setiap akhir pekan juga mendapatkan haknya untuk istirahat. “Majikan saya baik hati,” ujarnya.

Dari hasil merantau ke luar negeri itulah akhirnya sedikit demi sedikit menyisihkan uangnya untuk ditabung.

Setelah modalnya cukup, dia pun membuka minimarket yang diberi nama Makmur Lestari.

Baik Puji dan suaminya, Wiwit, kini mantap mengembangkan usaha itu. Dan yang pasti mereka tidak akan kembali keluar negeri.

Puji dan Wiwit merupakan sebagian kecil TKW dan TKI yang mampu meraih sukses.

Cerita sukses juga dilontarkan Abdul Azis Salim Syabibi (40), warga Desa Angon-Angon, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Sumenep, Madura.

Mantan TKI di Malaysia ini, kini menjabat sebagai direktur sebuah perusahaan konstruksi.

Berawal dari putus kuliah di Unmer Surabaya pada tahun 1994 lalu, Azis pun nekat berangkat ke Malaysia.

Ia bekerja sebagai kuli bangunan dengan upah 40 ringgit per hari. Karena otaknya yang encer, dalam enam bulan, ia pun naik pangkat menjadi mandor.

Dari jabatan inilah, prestasi diraihnya, sehingga ia menjadi manajer pembangunan gedung Universitas Islam Antar Bangsa (UIA).

Setelah lima tahun merantau di Negeri Jiran, tahun 1999, Azis memilih untuk balik ke Indonesia.

Saat itu, tabungannya sudah mencapai 70.000 ringgit atau sekitar Rp 400 juta.

“Uang itu saya gunakan  untuk modal usaha, membeli tanah, mobil, serta membangun rumah,” katanya.

Di Sumenep, ia membangun usaha konstruksi berdasarkan pengalaman selama di Malaysia. Usaha itu, kini sudah maju dengan puluhan karyawan.

”Boleh dikata, melalui kerja menjadi TKI di Malaysia ini kami bisa membuka usaha di Sumenep, dan Alhamdulillah berkecukupan,” ujar Azis yang kini menjadi calon legislatif DPR RI ini. (didik mashudi/doni prasetyo/ahmad rivai/david yohanes)