Universitas Brawijaya Malang Membuka Kelas di Hong Kong untuk TKI / TKW

TKW HONG KONG KULIAH
SURYA Online, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) membuka kesempatan bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Hongkong untuk kuliah di UB. TKI di Hongkong bisa kuliah dan mendapatan ijasah UB, setelah UB melakukan kerjasama dengan Capstone Hongkong Institute of Information Technology (CHIIT) awal Juli lalu.
Kepala Humas UB, Dra Susantinah Rahayu, mengatakan ini program baru UB untuk menjangkau warga negara Indonesia (WNI) yang ingin memajukan potensi dirinya setelah bekerja informal di Hongkong.

Diungkapkan perempuan yang biasa disapa Santi, CHIIT ini merupakan lembaga pendidikan swasta di Hongkong yang fokus pada pendidikan teknik informatika. CHIIT merupakan lembaga kursus (D1), yang ingin menaikan grade pengajarannya menjadi setingkat vokasi (D3). "Program studinya hanya satu, yaitu D3 Manajemen Informatika dan Teknik Komputer," sambung Santi.

UB, lanjut Santi, melihat potensi 150 ribu TKI yang berada di Hongkong untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi. "Karena ini tahun pertama, kami coba buka kelas untuk 50 orang dulu. Dilihat perkembangan dan evaluasinya,” ujarnya.

Santi membeberkan, berdasarkan pantauan CHIIT, sebagian besar TKI yang bekerja di Hongkong adalah perempuan (TKW) dengan usia rata-rata 23 tahun dan hanya lulusan SMA. Para TKI ini, lanjutnya, bekerja 8-10 jam selama enam hari dalam seminggu, dengan kontrak rata-rata 2-3 tahun sebagai pembantu rumah tangga (PRT).

Jika para TKI ini kuliah, maka proses pendaftaran dan perkulihannya bisa ditempuh di CHIIT. Namun modul pengajaran tetap mengacu kurikulum UB.
"Dan tiap akhir semester, dosen-dosen dari UB akan datang ke sana untuk memantau sekaligus memberi evaluasinya," urainya.

Santi menuturkan, sistem kuliahnya nanti bisa sistem kelas akhir pekan atau sistem kuliah terbuka, di mana para TKI ini diberikan modul untuk dipelajari sendiri. "Kira-kira seperti Universitas Terbuka (UT). Kalau ada yang ingin ditanyakan bisa lewat email atau chating, dengan pengajar atau dosen yang bersangkutan,” paparnya.

Rektor UB, Prof Dr Ir Yogi Sugito menambahkan UB membuka kelas TKI ini agar taraf masyarakat Indonesia bisa meningkat. Diharapkan setelah selesai kontrak kerjanya, para TKI ini memiliki ijasah D3 untuk bekerja di dalam negeri atau membuka usaha memanfaatkan jaringan online yang telah dikuasainya.

"Pendidikan di Hongkong ini menitikberatkan pada keahlian, bukan teori sehingga lebih aplikatif. Para TKI ini akan memiliki keahlian khusus di bidang informatika, setelah mengenyam pendidikan di sini,” imbuh Yogi.