Sejak ditetapkannya dua Penulis Cerpen Terbaik Bilik Sastra VOI RRI, yakni; Nadia Cahyani (BMI Hong Kong) dan Nessa Kartika (BMI Singapura) komunikasi pun semakin gencar antara mereka denganku. Meskipun itu hanya melalui SMS.
“Bagaimana, Nad, sudah siap berangkat?”
“Iya, Teteh, siaaaap graaak!” sahut Nadia.
“Oke, TTDJ, ya!”
Kemudian giliran Nessa Kartika kusapa:”Nessa, sudah siapkah terbang ke Jakarta?”
“Siaaaap, Bun!”
Tentang tiket pun kutanyakan langsung kepada Sang Komandan VOI RRI, Pak Kabul Budiono, dijawabnya:”Ya, semuanya telah siap, Teteh.”
Mereka mendapat fasilitas menginap selama 3 malam di Hotel Sultan, 16-18 Agustus. Dijadwal ke Senayan, 16 Agustus 2011, mendengar Pidato Kenegaraan Presiden RI. Kemudian menghadiri Upacara Kemerdekaan ke-66 pada 17 Agustus 2011.
Begitu Nadia mendarat di Bandara Cengkareng, ia langsung menghubungiku.”Aku sudah di Cengkareng, Teteh. Ini lagi nunggu Nessa, katanya sih, pesawatnya delay 2 jam.” Alamaaaak!
Kulirik jam dinding, telah lewat waktu berbuka bahkan sebentar lagi tarawihan. ”Waduh, apa dirimu sudah buka, Nad?”
“Sudah, Teteh, ini ditemani teman-teman dari VOI RRI.”
“Oh, syukurlah, jadi dirimu gak sampai kelayapan sendirian di situ, ya,” hiburku meledeknya.”Maklum, dikau kan ayune, janda kembang gitu loh….”
“Wahahaha, Teteh, ada-ada saja!” Terdengar tawanya yang ceria.
Aku tidak ikut mendampingi mereka, baik ke Senayan maupun Istana Merdeka. Sudah ada yang mengawal mereka dari VOI RRI. Maka, ketika saatnya Pidato kenegaraan, aku penasaran menyimaknya di rumah melalui siaran televisi.
Ketika Ketua DPD Erman menyebutkan; TKI Teladan serta kamera menyorot dua sosok perempuan tangguh, biasa disebut sebagai pahlawan devisa, seketika dadaku dilambun sejuta rasa; sukacita, bangga, mengharu-biru. Aku tidak bisa merangkainya dengan kata-kata. Ada titik-titik bening menggayuti di sudut-sudut mata ini.
Setidaknya teror-teror yang kulakukan demi menyemangati mereka agar menulis, menulis, menulis, akhirnya membuahkan hasil. Ya, mereka memang menulis, dan karya mereka terpilih, dedikasi mereka pun terhadap pengembangan literasi di kalangan BMI merupakan nilai plus.
Mereka telah membuktikan kepada dunia, bahwa meskipun dalam segala keterbatasan waktu, bahkan Nessa hampir tak pernah diberi cuti selama 6 tahun sebagai BMI Singapura: “Aku Berkarya!”
Penyambutan Pahlawan Devisa: Penulis Cerpen Terbaik Bilik Sastra
Petang itu, aku diundang pada acara Penyambutan Pahlawan Devisa di Ruang Ronodipura, RRI, jalan Merdeka Barat. Aku diantar putriku, berangkat pukul 13.30 dari Depok.
Manakala melihat Nadia dan Nessa didandani dengan kebaya dan tampil cantik, kemudian dipanggil untuk talkshow bersama Ibu Dirjen RRI dan Ibu BNP2TKI, keharuan dalam hatiku serasa membuncah. Sungguh, aku merasa ikut bahagia dan bangga.
“Jadi, setelah Anda pulang ke Tanah Air, apakah akan kembali ke Hong Kong atau apa rencana Anda ke depan?” tanya Nova, sang MC.
Nadia menjawab dengan lugas:”Saya sudah lama meninggalkan dua anak. Saya ingin menjadi ibu yang baik untuk anak-anak, dan tentu saja terus menulis. Seperti Teteh Pipiet Senja yang suka meneror saya; ayo, mana naskahmu, cepat kirimkan!”
Demikian pula Nessa menjawab tegas:”Saya ingin menjadi penulis handal seperti Bunda Pipiet Senja. Beliaulah yang selama ini suka meneror saya agar terus menulis.”
Saat itulah aku diminta berdiri, memperlihatkan tampangku yang manini ini ke hadirin, serta merta mendapat keplokan. Duhai, jujur saja, aku ingin menangis bahna haru!
Pada acara Penyambutan Pahlawan Devisa, penulis cerpen terbaik Bilik Sastra petang ini, Nadia Cahyani dan Nessa kartika tak ubahnya bak primadona. Disorot kamera secara terus-menerus, dibanjiri hadiah, disalami dan dielu-elukan.
Aku sungguh berharap, sejak saat ini keduanya akan semakin konsen dan lebih serius lagi untuk melahirkan karya-karya terbaik mereka. Ramadhan kali ini, tentunya untuk dua sosok ini merupakan keberkahan yang tiada disangka-sangka.
Semoga pula keberhasilan mereka akan diikuti oleh kaum BMI dimana pun berada.
Bravo, Nadia Cahyani, Nessa Kartika!